Tradisi Mageburan Di Desa Sekumpul Kecamatan Sawan Kabupaten Buleleng (Perspektif Pendidikan Agama Hindu) indonesia
Main Article Content
Abstract
Tradisi mageburan, yang telah diwariskan dari generasi ke generasi, memiliki makna besar bagi truna-truni dan masyarakat Desa Sekumpul. Ini melakukan banyak hal, seperti menjaga keharmonisan, yang disebut sebagai tri hita karana dalam agama Hindu, melindungi truna-truni dan masyarakat Desa Sekumpul dari bala, dan mempertahankan budaya lokal yang telah diwariskan oleh leluhur mereka. Studi kualitatif ini menggunakan studi kepustakaan. Selanjutnya, analisis deskriptif digunakan untuk memeriksa data yang dikumpulkan yang meliputi proses yang mencakup reduksi, penyajian, dan menarik kesimpulan dari data. Studi menunjukkan bahwa dasar tradisi Mageburan di Desa Sekumpul terdiri dari landasan mitologis tradisi ini telah dilakukan secara turun-temurun sebagai cara untuk menunjukkan rasa terima kasih masyarakat kepada Tuhan dan landasan religius tradisi ini dianggap dapat meningkatkan sradha dan bhakti. Tradisi Mageburan dilakukan dalam tiga tahap. Tahap pertama adalah mepiuning dan nedunang, tahap kedua adalah proses inti dari pelaksanaan ritual dan terakhir yaitu nyineb pada tahap ini para truna truni membersihkan diri mereka sendiri kemudian dilanjutkan dengan melakukan persembahyangan. Nilai-nilai pendidikan agama Hindu terkandung dalam tradisi mageburan, seperti nilai pendidikan tattwa yang ditunjukkan oleh pelaksanaan Ngerebeg atau Mapurwa Daksina hingga akhir tradisi, yang menunjukkan kesucian dan keikhlasan individu dalam memuja Ida Sang Hyang Widhi Wasa, nilai pendidikan etika yang ditunjukkan oleh kebersamaan masyarakat, dan nilai pendidikan ritual atau upacara masyarakat untuk melaksanakan tradisi mageburan sehingga tradisi dapat berjalan lancar dan memiliki hasil yang baik.
Article Details
References
Kiriana, I.N. 2021. Mutiara Sekandung. Denpasar: Tim Kreatif Yayasan Guna Widya Paramesthi.
Rendra, Rendra. 2002. Hubungan Antar Kreativitas, Inteligensi dan Prestasi Akademik.Skripsi Thesis, Universitas Tarumanagara.
Subagiasta, I. K. (1193). The Philosophy of the Pengurip Gumi Ceremony at Pura Luhur Batukaru In the Contemporary Era. International Proceeding On Religion, Culture, Law, Education, And Hindu Studies, 136-155.
Sumadi, I., Jayanti, I., & Geria, A. A. R. (2013). Tradisi nyongkol dan eksistensinya di Pulau Lombok. Balai Pelestarian Nilai Budaya Bali.
Titib, I Made. 2003. Pengembangan Pura dan Tempat Suci di Bali. Denpasar: Manik Geni.
Wiana, K. (2001). Sad Kertih: Sastra Agama, Filosofi, dan Aktualisasinya. Bali Membangun Bali, Jurnal Bappeda Litbang, 1, 159-179.