Teologi Tri Hita Karana Dalam Praktik Kehidupan Sosial-Ekologis Masyarakat Hindu Bali

Main Article Content

Iluh Ayu Narti

Abstract

Tri Hita Karana merupakan kerangka teologis dan kosmologis yang mengatur hubungan antara manusia dengan Tuhan (Parahyangan), sesama manusia (Pawongan), dan lingkungan alam (Palemahan) dalam kehidupan masyarakat Hindu Bali. Studi ini bertujuan untuk menggali secara mendalam bagaimana prinsip-prinsip Tri Hita Karana tidak hanya dipahami sebagai ajaran normatif, tetapi juga diwujudkan secara praksis dalam tindakan sosial dan ekologis masyarakat Hindu Bali. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode studi pustaka dan etnografi partisipatif, termasuk wawancara mendalam dengan tokoh adat, pemuka agama, dan masyarakat di wilayah pedesaan dan perkotaan di Bali. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Tri Hita Karana berperan sentral dalam membentuk etos kolektif masyarakat Bali, yang tercermin dalam upacara keagamaan, sistem subak sebagai warisan budaya dunia, gotong royong dalam kegiatan sosial, serta pelestarian hutan dan mata air suci (taksu). Dimensi teologis Tri Hita Karana menciptakan relasi sakral antara manusia dan lingkungannya, di mana tindakan ekologis tidak hanya dilihat sebagai kewajiban moral tetapi juga sebagai bagian dari dharma (kebenaran kosmis). Selain itu, studi ini menunjukkan bahwa praktik Tri Hita Karana berkembang secara kontekstual, menjawab tantangan globalisasi dan kerusakan lingkungan dengan merumuskan ekoteologi yang khas Bali. Penelitian ini menyimpulkan bahwa Tri Hita Karana bukan sekadar filosofi hidup, melainkan menjadi sistem teologi praksis yang membimbing transformasi sosial dan ekologis secara berkelanjutan. Implikasinya penting untuk pengembangan model pembangunan berbasis budaya lokal dan spiritualitas ekologis, baik dalam tataran kebijakan maupun pendidikan.

Article Details

How to Cite
Iluh Ayu Narti. (2024). Teologi Tri Hita Karana Dalam Praktik Kehidupan Sosial-Ekologis Masyarakat Hindu Bali. ŚRUTI: Jurnal Agama Hindu, 5(1), 31-41. Retrieved from https://jurnal.ekadanta.org/index.php/sruti/article/view/620
Section
Articles

References

Ardhana, I. K. (2012). Kebudayaan Bali: Dinamika dan Transformasi dalam Perspektif Sejarah. Denpasar: Udayana University Press.
Capra, F. (1996). The Web of Life: A New Scientific Understanding of Living Systems. New York: Anchor Books.
Eck, D. L. (2001). A New Religious America: How a “Christian Country” Has Become the World's Most Religiously Diverse Nation. New York: Harper San Francisco.
Geertz, C. (1973). The Interpretation of Cultures: Selected Essays. New York: Basic Books.
Lansing, J. S. (2006). Perfect Order: Recognizing Complexity in Bali. Princeton: Princeton University Press.
Panikkar, R. (1984). The Unknown Christ of Hinduism. Maryknoll: Orbis Books.
Rai, I. M. (2010). Tri Hita Karana: Konsep dan Aktualisasinya dalam Pembangunan Berkelanjutan. Denpasar: Bali Post.
Sendra, I. W. (2017). Arsitektur Bali: Dalam Perspektif Tri Hita Karana dan Asta Kosala Kosali. Denpasar: Pustaka Bali.
Suarjana, I. M. (2019). Relasi Sosial dan Nilai-Nilai Kearifan Lokal dalam Masyarakat Bali. Denpasar: Penerbit Universitas Hindu Indonesia.
Suamba, I. B. G. (2014). Hinduism and Ecology in Bali: A Review of the Subak as a Cultural Heritage. In Jurnal Kajian Bali, 4(2), 115–130.
Suamba, I. B. G. (2020). Teologi Rwa Bhineda dan Penguatan Moderasi Beragama di Bali. Denpasar: Widya Dharma Press.
UNESCO. (2012). Cultural Landscape of Bali Province: The Subak System as a Manifestation of the Tri Hita Karana Philosophy. Paris: United Nations Educational, Scientific and Cultural Organization.
Peraturan Daerah Provinsi Bali No. 4 Tahun 2019 tentang Desa Adat di Bali.