Upacara Perang Topat Di Pura Lingsar Desa Lingsar, Kecamatan Lingsar, Kabupaten Lombok Barat (Perspektif Teologi Hindu)

Main Article Content

I Nengah Suartana

Abstract

Desa Lingsar dapat dikatakan sebagai salah satu lokasi tempat terjadinya suatu akulturasi budaya, antara budaya Sasak dan budaya Bali. Hal ini  disebabkan oleh karena di Desa Lingsar terdapat 2 (dua) komunitas suku bangsa Indonesia yang mendiami wilayah desa tersebut yaitu suku Bali dan suku Sasak. Begitu pula dengan pulau Lombok yang bertetangga dengan pulau Bali ini memiliki sejumlah umat Hindu yang memiliki pelaksanaan Yajna yang baik. Salah satu contoh pelaksanaan Panca Yajna yang terkait dengan keberadaan pura Lingsar di pulau Lombok  khususnya di pura Lingsar adanya Perang Topat dalam Upacara Pujawali . Upacara Perang Topat  ini merupakan suatu kepercayaan bagi masyarakat Lingsar sebagai suatu bentuk pemersatu atar suku Sasak dan suku Bali dan juga sebagai lambang penghormatatan terhadap Dewi Sri. Penelitian in menggunakan pendekatan kualitatif dengan data-data diperoleh melalui observasi, wawancara, kepustakaan, dan metode dokumentasi serta menggunakan analisis data. Sesuai dengan tema diatas dapat dikemukakan hasil penelitian sebagai berikut: 1)sejarah terjadinya Perang Topat yaitu terjadinya Peperangan antara suku Sasak dengan suku Bali yang dipimpin oleh anak agung karangasem yang datang ke lombok untuk menyebarkan agama Hindu. Perang Topat dilambangkan sebagai pemersatuantara kedua suku dan juga dilambangkan sebagai pemujaan terhadap Dewi Sri. Kemudian rangkaian pelaksanaan upacara yaitu: a) Sabuh Rah atau Upacara Meneteskan Darah, b) Upacara Mepurwa Daksina dan Ngelinggiang, c) Upacara Pujawali dan Perang Topat, d) Upacara Ngalemekin dan Nglukar. Dalam pelaksanaan Upacara Perang Topat dilakukan dihalaman luar pura yaitu Jaba Tengah dan ditaman dan menggunakan sarana ketupat mateng yang dilaksanakan oleh du suku. Nilai-nilai keberagamaan yang terdapat dalam Upacara Perang Topat yaitu pada nilai keyakinan, nilai praktek keagamaan, nilai pengalaman agama dan nilai pengetahuan agama.

Article Details

How to Cite
I Nengah Suartana. (2022). Upacara Perang Topat Di Pura Lingsar Desa Lingsar, Kecamatan Lingsar, Kabupaten Lombok Barat (Perspektif Teologi Hindu). WIDYALAYA: Jurnal Ilmu Pendidikan, 3(1), 81-103. Retrieved from https://jurnal.ekadanta.org/index.php/Widyalaya/article/view/196
Section
Articles

References

Amal, Ichlasul dan Arnaidy Armawi. 1996. Sumbangan Ilmu Sosial Terhadap Konsepsi Ketahanan Nasional, Yogyakarta : Gajah Mada University Press.
Arikunto, Suharsini. 1981. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta : PT. Bina Aksara.
Abdullah, Hamid. 1984. Islam dan Perubahan Sosial di Indonesia, Analisis Kebudayaan : Tahun IV No. 3 1983/1984.
Agung, A.A. Ketut. 1992. Kupu-kupu Kuning Terbang di Selat Lombok, Denpasar : Upada Sastra.
Bungin, Burhan (Ed), 2003. Metodologi Penelitian Kualitatif, Aktualisasi Metodologis ke arah Ragam Varian Kontemporer, Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada.
Cudamani, 1990. Pengantar Agama Hindu untuk Perguruan Tinggi. Jakarta : Yayasan Dharma Sastra.
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Proyek Pengembangan Permusiuman Nusa Tenggara Barat, 1979. Babad Seleparang, Mataram.
Jendra, I Wayan. 1997. “Yajna, Kedudukan, Fungsi dan Makna Simbolik Filosofisnya”, Pustaka Hindu Raditya Nomor 10 Tahun II-1997.
Kantor Departemen Agama Kab. Lombok Barat, Seksi Pena Islam, Brosur Upacara Adat Waktu Telu di Bayan.
Koentjaraningrat, 1987. Sejarah Teori Antropologi Jilid I, Jakarta : Universitas Indonesia Press.
Novy Suryani, Ni Made. 2000, “Fungsi Upacara Perang Tupat dalam Kehidupan Masyarakat Sasak Islam Waktu Telu di Lombok”, Tesis Universitas Airlangga Surabaya.
Nusa Tenggara Barat dalam Angka Tahun 2003, Kerjasama Badan Pusat Statistik Propinsi NTB dengan Bappeda Propinsi NTB.
O’dea Thomas E, 1985, Sosiologi Agama Suatu Pengenalan Awal, Jakarta : CV. Rajawali.
Panca Putra, K.1999. Pura Lingsar, Waktu Telu dan Hindu, Untuk Kalangan Sedharma.
Pandit, Bansi, diterjemahkan oleh IGA Paramita, 2005. Pemikiran Hindu Pokok-Pokok Pikiran Agama Hindu dan Filsafatnya untuk Semua Umur, Surabaya : Paramita.
Partanto, Pius A dan M Dahlan AL Bary, 1994, Kamus Ilmiah Populer, Surabaya : Penerbit Arkola.
Poerwadarminta, WJS. 1984. Kamus Umum Bahas Indonesia. Jakarta : PN Balai Pustaka.
Ritzer, George, 1985. Sosiologi Ilmu Pengetahuan Berparadigma Ganda. Jakarta : Rajawali.
Sastrodiwiryo, S. 1996. Perjalanan Dang Hyang Nirartha Sebuah Dharmayatra 1478-1560 dari Daha sampai Tambora, Denpasar : Bali Post.
Setia, Putu (Ed), 1992. Cendikiawan Hindu Bicara, Denpasar : Yayasan Dharma Narada.
Soebandi, Ketut. 1983, Pembangunan Pura-pura di Bali. Denpasar : CV Kayu Mas.
Soedarsana, IBP, 2000. Ajaran Agama Hindu (Filsafat Yajna), Yayasan Dharma Acarya : Percetakan Mandara Sastra.
Sivananda, Swami, Tim Penerjemah Yayasan Sanatana Dharmasrama Surabaya, 1993. Intisari Ajaran Hindu. Surabaya : Paramita.
Suamba, IBP, (Alih Bahasa), 1996. Yajna Basis Kehidupan (Sebuah Canang Sari) Denpasar : Warta Hindu Dharma.
Suryabrata, Sumadi, 2003. Metodologi Penelitian. Jakarta : Raja Grafindo. Persada.
Titib, I Made, 2003. Veda Sabda Suci Pedoman Praktis Kehidupan, Surabaya : Paramita.
_________, Teologi dan Simbol-simbol Dalam Agama Hindu, Surabaya : Paramita.
Yayasan Krama Pura NTB Mataram, 1989, Pura Lingsar Selayang Pandang.
Yudha Triguna, IBG. 2000. Teori Tentang Simbul. Denpasar : Widya Dharma.
Wiana, I Ketut. 2004. Bagaimana Umat Hindu Menghayati Tuhan. Jakarta : Pustaka Manik Geni.
_________, 2002. Makna Upacara Yajna dalam Agama Hindu. Surabaya : Paramita.
Zeitlin, Irving, M. Memahami Kembali Sosiologi, Kritik Terhadap Teori Sosiologi Kontemporer. Yogyakarta : Gajah Mada University Press.