Tradisi Memaing Di Pura Dalem Pakerisan Banjar Batubayan Desa Taman Kecamatan Abiansemal Kabupaten Badung (Perspektif Pendidikan Agama Hindu)
Main Article Content
Abstract
Tradisi merupakan suatu hal yang tidak dapat dipisahkan dari setiap pelaksanaan upacara yadnya. Khususnya di Bali, tradisi dan ritual keagamaan saling mempengaruhi satu sama lain. Tradisi Memaing adalah salah satu tradisi dari sekian banyak tradisi yang dilaksanakan di Bali. Tradisi Memaing dilaksanakan di pura Dalem Pakerisan pada saat wuku langkir atau disebut dengan soma pahing langkir, lebih tepatnya dilaksanakan pada pahing Kuningan. Jenis Penelitian ini adalah kualtitatif dengan metode atau teknik pengumpulan data yang dipakai untuk mengumpulkan data adalah teknik observasi, wawancara, kepustakaan dan dokumentasi. Untuk mendapatkan suatu kesimpulan yang menyeluruh, maka data yang terkumpul dianalisis dengan analisa deskriptif kualitatif yang dilakukan dengan lima kegiatan yaitu reduksi data, klasifikasi data, display data, interpretasi data dan penarikan kesimpulan. Pelaksanaan tradisi Memaing tersebut juga menggunakan berbagai macam banten yang sama dengan banten yang digunakan pada saat merayakan hari raya Kuningan, hanya saja dalam pelaksanaannya di pura menggunakan sarana upakara yaitu dengan menggunakan centing yang terbuat dari rangkaian bunga yang cukup banyak. Warga masyarakat yang membuat upakara centing ini hanya berjumlah 9 (sembilan) orang yang merupakan keturunan dari pasek ekabayan.
Article Details
References
Dibia, I. M. (2003). Acara Agama Hindu. Dinas Kebudayaan : Provinsi Bali.
Djelantik, A, M. (1999). Estetika Sebuah Pengantar. Bandung : Mayarakat Seni
Darmawan, I. P. A. (2020). ANIMISME DALAM PEMUJAAN BARONG BULU GAGAK DI BALI. Genta Hredaya, 4(1).
Darmawan, I. P. A. (2020). Pemujaan Barong di Bali dalam Pandangan Animisme Edward Burnett Tylor. Sanjiwani: Jurnal Filsafat, 10(2), 147-153.
Gunawijaya, I. W. T. (2020). PENGUSADHA DALAM FILSAFAT YOGA DARSANA (Studi Kasus di Desa Payangan, Kecamatan Marga, Kabupaten Tabanan). Widya Katambung, 11(1), 71-79.
Kadjeng, I. N.(2005). Sarasamuscaya. Jakarta : Departemen Agama RI.
Mantra, I. B. (1997). Landasan Kebudayaan Bali. Denpasar : Yayasan Dharma Sastra.
Poerwadarmita, W.J.S. (1984). Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta : PN Balai Pustaka.
Santariadi, N. K. (2015). Tradisi Ngelarain Dalam Upacara Pujawali di Pura Penataran Banjar Banda Desa Saba Kecamatan Blahbatuh Kabupaten Gianyar. Denpasar : IHDN.
Suadnyana, I. B. P. E. (2020). DESA PAKRAMAN SEBAGAI LEMBAGA ADAT DAN LEMBAGA AGAMA BAGI KEHIDUPAN MASYARAKAT HINDU DI BALI. Dharma Duta, 18(1), 21-32.
Suadnyana, I. B. P. E., & Gunawijaya, I. W. T. (2020). Akibat Hukum Terhadap Hak Masyarakat Adat dalam Peralihan Agama di Desa Adat Dalung. Pariksa, 3(1).
Sudarsana, I.B. (2000). Filsafat Yadnya. Denpasar : Yayasan Dharma Acarya.
Sura, I.G. (2001). Pengendalian Diri dan Etika Dalam Ajaran Agama Hindu. Jakarta : Hanuman Sakti.
Titib, I. M. (2003). Teologi Dan Simbol-Simbol Dalam Agama Hindu. Surabaya : Paramita.
Titib, I. M. (2004). Purana. Surabaya : Paramita.
Untara, I. M. G. S., & Somawati, A. V. (2020). Internalisasi Pendidikan Karakter Pada Anak Usia Dini Dalam Keluarga Hindu Di Desa Timpag Kabupaten Tabanan. Cetta: Jurnal Ilmu Pendidikan, 3(2), 333-358.
Untara, I. M. G. S., & Rahayu, N. W. S. (2020). Bissu: Ancient Bugis Priest (Perspective On The Influence Of Hindu Civilization In Bugis Land). Vidyottama Sanatana: International Journal of Hindu Science and Religious Studies, 4(2), 243-249.
Untara, I. M. G. S. (2020). KOSMOLOGI HINDU DALAM TEKS PURWA BHUMI KAMULAN. Widya Katambung, 11(1), 34-43.
Wijayananda, I.P.M.J. (2004). Makna Filosofis Upacara dan Upakara. Surabaya : Paramita.
Yuniastuti, N. W., Trisdyani, N. L. P., & Suadnyana, I. B. P. E. (2020). PERTUNJUKAN TOPENG BONDRES SEBAGAI MEDIA PENDIDIKAN AGAMA HINDU. Maha Widya Duta, 4(1), 23-34.