Kajian Nilai-Nilai Pendidikan Agama Hindu Dalam Lontar Markandya Purana
Main Article Content
Abstract
Bali pulau kaya akan organisasi kemasyarakatan, adat istiadat, dan seni budaya berdasarkan Agama Hindu. Agama Hindu yang tersebar di Bali terkolaborasi dengan kearifan lokal di Bali. Hal ini memunculkan suatu karya sastra berupa lontar yang peneliti duga banyak mengandung ajaran Agama Hindu. Salah satu lontar tersebut adalah Lontar Markandya Purana. Lontar Markandya Purana berisikan cerita Maha Rsi pertama yang datang ke Bali yang bernama Maha Rsi Markandya, dengan tujuan mewujudkan kedamaian dan kesejahteraan di dunia ini khususnya di Bali. Nilai-nilai Pendidikan Agama Hindu dalam Lontar Markandya Purana adalah Nilai Keyakinan (Sradha) (pawos 24b serta 25a-25b Widhi Sradha), (pawos 13b Atma Sradha), (pawos 5b-7a Karma Phala Sradha). Nilai Religius (pawos 24b Kahyangan Tiga), (pawos 25a-25b Pura Subak) Pura Gunung Lebah (17b-18a ) dan Pura Pucak Payogan (21a-21b, 22b-23a), dan pawos 13b Yadnya). Nilai Upacara (Yadnya) (pawos 13b Yadnya, Tirtha Pangentas), (caru pawos 12a-13a). Nilai Etika dapat dilihat dari adanya ajaran Agama Hindu dalam Lontar Markandya Purana yang menuntun manusia untuk dapat berbuat baik dalam kehidupannya. Nilai Sosial (Gotong Royong) (pawos 35a-35b, 37a). Nilai Keharmonisan (Tri Hita Karana) Parhyangan (Pura pawos 24b, 25a-25b, 17b-18a, 21a-21b, 22b-23a), (pawos 13b Yadnya), (pawos 8a tapa), Pawongan dengan mewujudkan ajaran agama yang telah dijelaskan sebelumnya, Palemahan (mecaru pada pawos 12a-13a). Nilai Kesejahteraan (pawos 8a-9a) (Subak pada pawos 25a-25b). Nilai Keteladanan dari ajaran-ajaran agama hindu yang telah peneliti paparkan sebelumnya, (pawos 5a-5b, 5b-7a).
Article Details
References
Darmawan, I. P. A. (2020). ANIMISME DALAM PEMUJAAN BARONG BULU GAGAK DI BALI. Genta Hredaya, 4(1).
Darmawan, I. P. A. (2020). Pemujaan Barong di Bali dalam Pandangan Animisme Edward Burnett Tylor. Sanjiwani: Jurnal Filsafat, 10(2), 147-153.
Gunawijaya, I. W. T. (2020). PENGUSADHA DALAM FILSAFAT YOGA DARSANA (Studi Kasus di Desa Payangan, Kecamatan Marga, Kabupaten Tabanan). Widya Katambung, 11(1), 71-79.
Kadjeng, I Njoman dkk. 1997. Sarasamuscaya. Pemerintah Daerah Tingkat I Bali, Proyek Peningkatan Sarana dan Prasarana Kehidupan Beragama.
Nelon, Jro Mangku. 2001. Veda dan Sekte, Itihasa dan Purana sebagai Sumber Sejarah Agama Hindu. Denpasar : Veda Prayascita.
Parisada Hindu Dharma. 1978. Upadeca Tentang Ajaran-Ajaran Agama Hindu. Cetakan III. Denpasar : -
Pudja, G. 2004. Bhagawad Gita. Surabaya : Paramita.
Soebandi, Ktut. 1981. Pura Kawitan / Pedarman dan Penyungsungan Jagat. Denpasar : Guna Agung
Suadnyana, I. B. P. E. (2020). DESA PAKRAMAN SEBAGAI LEMBAGA ADAT DAN LEMBAGA AGAMA BAGI KEHIDUPAN MASYARAKAT HINDU DI BALI. Dharma Duta, 18(1), 21-32.
Suadnyana, I. B. P. E., & Gunawijaya, I. W. T. (2020). Akibat Hukum Terhadap Hak Masyarakat Adat dalam Peralihan Agama di Desa Adat Dalung. Pariksa, 3(1).
Subagiasta, I Ketut. 2007. Susastra Hindu. Surabaya : Paramita.
Subagiasta, I Ketut. 2007. Etika Pendidikan Agama Hindu. Surabaya : Paramita
Suhardana, K.M. 2009. Catur dan Sad Paramita Jalan Menuju Keluhuran Budi. Surabaya : Paramita.
Suhardana, K.M. 2011. Punarbhawa, Reinkarnasi, Samsara atau Penitisan. Surabaya : Paramita
Tim Penyusun. 2012. Pengetahuan Hukum Hindu. Direktorat Jendral Bimbingan Masyarakat Hindu Kementrian Agama RI
Yudabakti, I Made, dan Watra. 2007. Filsafat Seni Sakral dalam Kebudayaan Bali . Surabaya: Paramita
Yuniastuti, N. W., Trisdyani, N. L. P., & Suadnyana, I. B. P. E. (2020). PERTUNJUKAN TOPENG BONDRES SEBAGAI MEDIA PENDIDIKAN AGAMA HINDU. Maha Widya Duta, 4(1), 23-34.
Tanpa Pengarang. Tt. Lontar Markandya Purana, ketebalan 38 lembar. Koleksi
Kantor Dokumentasi Budaya Bali.
Untara, I. M. G. S., & Rahayu, N. W. S. (2020). Bissu: Ancient Bugis Priest (Perspective On The Influence Of Hindu Civilization In Bugis Land). Vidyottama Sanatana: International Journal of Hindu Science and Religious Studies, 4(2), 243-249.
Untara, I. M. G. S. (2020). KOSMOLOGI HINDU DALAM TEKS PURWA BHUMI KAMULAN. Widya Katambung, 11(1), 34-43.